Menghijau

Hijau boleh jadi warna harapan. Menurutku begitu. Sebab hijau membuat teduh mata jenuh. Hijau lambang kesejukan. Bulatan bola dunia merepresentasikan daratan dengan warna kehijauan. Identifikasi hutan, pohon-pohon yang rindang selalu dengan warna hijau. Bukan hitam, putih, atau warna lain yang dapat menyemaput mata serupa melihat kabut. Untuk sesuatu yang alami, hijau adalah warna yang disukai, yang tumbuh, penuh dan tak pernah melepuh.  Hijau daun sering memanjakan mata. Mataku, atau mungkin saja matamu yang di sana. Ketika mata mengarahkan pandangannya pada yang hijau, ada sejuk tertangkap. Sejuk yang tak menusuk, namun tak membuat mabuk. Pernah kubaca beberapa artikel tentang filosofi warna. Disebutkan bahwa seseorang yang menyukai hijau adalah pertanda ianya seorang yang romantis, suka yang indah-indah, mencintai sesuatu yang alami, dan lain sebagainya. Pun begitu, bagiku, hijau tetap saja hijau adanya. Tetap tumbuh di berbagai media yang ada. Pada batu, kayu, sumur, atau bisa saja tumbuh pada matamu yang risau. 

hinggap, medio juni 2010 - depan rumah
Pernah kukatakan pada seorang teman, bahwa hijau adalah warna yang pantas untuk dihormati. Dihormati dengan sederhana saja. Dihormati dengan taraf penghormatan yang tak berlebihan tentunya. Temanku mengangguk setuju. Katanya, "Aku membaca buku fengshui China; hijau melambangkan kesuburan, pertumbuhan, dan harmoni. Hijau berelemen kayu. Dan ia sangat bersepakat dengan yang menjaga keseimbangan, yang optimis, dan yang suka kebebasan. Tapi aku sangat menyukai hijau daun." Mendengar penjelasannya begitu rupa, giliranku yang mengangguk setuju setelahnya. 

hinggap - 2, medio juni 2010 - depan rumah.
Hijau memang indentik dengan daun. Daun yang tumbuh, yang masih tunas, yang masih bergelayut pada ranting, dan belum lekang diterpa angin. Hijau daun menyimpan banyak rahasia. Rahasia alam banyak tersimpan dalam hijau daun, maka kalian mesti mencintai yang namanya tumbuh-tumbuhan. Begitu diajarkan guru biologiku dulu. Aku percaya pada ini ajaran. Ajaran yang menghimbau untuk menghirau sesuatu yang menghijau.
 
hinggap - 3, medio juni 2010 - depan rumah.
yang mengering, april 2007 - glee goh leumo
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an pun tersebut warna hijau. "Mereka mengenakan pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal." (Q.S. Al-Kahfi: 31). Ini adalah salah satu ayatnya saja. Dan aku yakin terdapat juga ayat-ayat yang lain yang menjelaskan suasana surga dengan hijau adalah salah satu warna pilihan.
 
Maka adalah sesuai dengan apa yang kusebutkan semula. Bahwa hijau mengandung harapan. Harapan apa saja. Kemakmuran, subur, tumbuh, teduh, melawan jenuh, optimisme, sehat, dan lain sebagainya. Dunia kita, bumi ini, sudah sedari dulu hijau. Sampai sekarang pun masih hijau. Cuma adalah kesadaran dan kewajiban aku, kau, kamu, kalian, kita, mereka, semuanya, untuk terus menghirau. Menghirau agar terus menghijau.
 
yang melumut, april 2007 - glee goh leumo



















Salam!
Emperom, August, 2001.
 
 
 






Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra