Menghijau
hinggap, medio juni 2010 - depan rumah |
Pernah kukatakan pada seorang teman, bahwa hijau adalah warna yang pantas untuk dihormati. Dihormati dengan sederhana saja. Dihormati dengan taraf penghormatan yang tak berlebihan tentunya. Temanku mengangguk setuju. Katanya, "Aku membaca buku fengshui China; hijau melambangkan kesuburan, pertumbuhan, dan harmoni. Hijau berelemen kayu. Dan ia sangat bersepakat dengan yang menjaga keseimbangan, yang optimis, dan yang suka kebebasan. Tapi aku sangat menyukai hijau daun." Mendengar penjelasannya begitu rupa, giliranku yang mengangguk setuju setelahnya.
hinggap - 2, medio juni 2010 - depan rumah. |
Hijau memang indentik dengan daun. Daun yang tumbuh, yang masih tunas, yang masih bergelayut pada ranting, dan belum lekang diterpa angin. Hijau daun menyimpan banyak rahasia. Rahasia alam banyak tersimpan dalam hijau daun, maka kalian mesti mencintai yang namanya tumbuh-tumbuhan. Begitu diajarkan guru biologiku dulu. Aku percaya pada ini ajaran. Ajaran yang menghimbau untuk menghirau sesuatu yang menghijau.
hinggap - 3, medio juni 2010 - depan rumah. |
yang mengering, april 2007 - glee goh leumo |
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an pun tersebut warna hijau. "Mereka mengenakan pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal." (Q.S. Al-Kahfi: 31). Ini adalah salah satu ayatnya saja. Dan aku yakin terdapat juga ayat-ayat yang lain yang menjelaskan suasana surga dengan hijau adalah salah satu warna pilihan.
Maka adalah sesuai dengan apa yang kusebutkan semula. Bahwa hijau mengandung harapan. Harapan apa saja. Kemakmuran, subur, tumbuh, teduh, melawan jenuh, optimisme, sehat, dan lain sebagainya. Dunia kita, bumi ini, sudah sedari dulu hijau. Sampai sekarang pun masih hijau. Cuma adalah kesadaran dan kewajiban aku, kau, kamu, kalian, kita, mereka, semuanya, untuk terus menghirau. Menghirau agar terus menghijau.
yang melumut, april 2007 - glee goh leumo |
Salam!
Emperom, August, 2001.
Comments
Post a Comment