Posts

Showing posts from December, 2011

A Long December *

Image
A long December and there's reason to believe//Maybe this year will be better than the last// I can't remember the last thing that you said as you were leavin'//Now the days go by so fast// ..., sebut Adam Duritz, vokalis band Counting Crows dalam lirik lagunya yang berjudul A Long December. Lagu yang ditulis pertengahan Desember 1995, memang masih layak dikonsumsi gendang telinga. Apalagi menjelang tengah malam akhir Desember tahun ini.

Dinasti Abbasiyah

Pokok Bahasan:  Pecahnya Dunia Islam & Timbulnya Dinasti-dinasti Kecil di Barat dan Timur Baghdad Pada Masa Dinasti Abbasiyah  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setelah mengikuti beberapa kuliah terakhir mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, dimana di dalamnya telah dibahas tentang dua dinasti besar setelah masa khulafaurrasyidin , yaitu Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah (selanjutnya disebut Abbasiyah saja). Dari pembahasan-pembahasan ini di antara banyak kesimpulan yang telah diambil, penulis mencatat bahwa terdapat satu perbedaan mencolok antara kedua dinasti ini. Perbedaan ini dapat penulis pahami khusus pada aspek perkembangannya masing-masing. Bahwa pada Dinasti Umayyah aspek yang sangat berpengaruh dan berkembang adalah aspek politik. Ini dapat dibuktikan melihat pada luasnya wilayah penaklukan yang dicapai pada masa pemerintahannya. Sedangkan Abbasiyah, aspek yang paling mendominasi –bukan bermaksud berpendapat bahwa aspek lain tidak berkembang sama sekali– da

Tsunami; Mengenang Kembali

Image
mungkin ratap. tapi ratap kami dipenuh dengan ratib-ratib . Jika kau suruh kami untuk mengenang kembali, tentang pagi minggu yang penuh maut itu. Mohon mengerti. Kami sudah tak tahu mengenang apa lagi. Kami sudah tak tahu bagaimana melupa atau membuang pikiran tentang orang-orang yang mati menggenang atau hanya dengan sekali alir air, orang-orang menghilang. Kami sudah tak tahu bagaimana mengenang dengan baik dan benar, sesuai akal waras dan sehat logika. Jangan katakan kami sedang dilanda traumatis akut pula. Sebab, jauh hari sebelumnya, kami sudah banyak belajar bagaimana menghibur diri ketika menderita kehilangan. Kami sudah tahu bagaimana membendung perasaan ketika suami kami tertembak peluru nyasar, anak kami yang tak pulang-pulang, entah kesasar, hingga jika kau sebut pagi minggu penuh maut itu adalah muasal penyakit trauma . Dengan tegas kami menolak. Kami tak pernah trauma dengan kematian. Kami tidak trauma dengan kematian dalam bentuk apa pun. Kau tahu bagaimana bisa? Jawab

Melanjutkan 'Perkelahian' Hasan Aspahani

Image
doc. Sejuta Puisi Hasan Aspahani Barusan, beberapa menit lewat, melalui blog ini, saya melakukan perjalanan jauh di dunia maya. Berjalan selayaknya saya berjalan kaki di siang hari. Banyak singgah di sana-sini. Singgah di blog sana, istirahat di blog lain lagi. Begitulah. Tengah malam jum'at, dalam keadaan dingin begini, blog teman-teman yang saya ikuti, saya singgahi satu-satu. Tak semuanya memang. Tapi boleh dikatakan melebihi setengah dari semua yang ada. Hingga setelah beberapa kali singgah di banyak blog, akhirnya saya menetap lama di blog salah seorang tukang puisi Indonesia yang namanya sering nangkring di media-media cetak nasional. Blog Hasan Aspahani. Blognya ini bertajuk: "Sejuta Puisi Hasan Aspahani" . Nah, di sini pula saya menemukan sebuah puisi yang membuat saya menetap lama di sini. Banyak puisi yang dapat saya nikmati di sini. Dan buat malam ini, salah satu puisi yang paling berkesan di hati saya adalah puisi yang berjudul "Berkelahilah" . S

Orang-orang Beruang

uang ada di tangan. orang-orang yang mabuk selangkangan. orang-orang yang berebut jatah pendidikan. sayang nian. namun bermulalah uang. berakhir jua pada kematian. tapi apa pasal itu mati? jikalau hidup serupa mimpi. jikalau jabatan bisa dibeli. apalagi harga nasi. perkara mati, begi kami; orang-orang yang lupa diri, adalah perkara yang tak perlu digurui. sebab, uang sedang demikian penting. kami tak mau pening-pening. mati adalah urusan lain. toh , kami tak hidup di alam lain. maka bermulalah uang. kemudian perang. kemudian dendam. kemudian nikmat perawan. kemudian perempuan simpanan. kemudian pesiar mingguan. kemudian penyakit akut. kemudian perasaan takut. kemudian kulit berkerut. kemudian malaikat maut. tapi mati, tetap saja urusan lain. toh , kami tak hidup di alam lain. maka kembali kepasal pertama. uang ada di tangan. orang-orang yang memegang jabatan. orang-orang yang minim keturunan. celaka sudah. ceulaka dua blah, buat si miskin bermodal aamiiiin. sebab uang

Barangkali Kita Adalah Sekumpulan Xenomania Belaka

Image
doc. Rully Shabara Herman Akhir-akhir ini perang opini tentang kebijakan pemerintah kota Banda Aceh yang menggaruk keberadaan komunitas punk sangat gencar terjadi. Ada yang pro dengan pemerintah ada juga yang kontra. Berkenaan dengannya, saya ingin katakan begini: Mungkin, atau boleh jadi, atau barangkali, kita sedang keranjingan untuk terus memusatkan pikiran terhadap hal-hal kecil belaka akhir-akhir ini. Banyak isu-isu ( idea-idea ) yang dikembangkan oleh (kebanyakan) Barat (untuk kata ini, kau boleh baca: orientalis ), sekarang ini sudah menjadi trend para intelektualis kita untuk mengadopsinya sebagai landasan berpikir dalam melemparkan gagasan terhadap sebuah masalah. 

Belajar Pegang Camera

Image
Ya, saya sedang belajar pegang camera . Camera yang sering dipegang oleh photographer-photographer itu. Kamera mahal tentunya, sebab ia bukan kamera pocket, dan bukan juga kamera biasa yang jangkauan zoom-nya hanya beberapa ratus centimeter saja. Tapi, terus terang kamera yang saya pegang bukan kepunyaan pribadi. Punya abang angkat saya, yang sekali waktu datang ke tempat saya. Maka, selagi ada kamera begini, saya minta izin untuk belajar motret dengannya. Mengambil gambar apa saja. Saya tak tahu ilmu photography ; entah itu berkenaan bagaimana cara mengambil gambar yang bagus, sudut pandang, letak objek, angel, dan lain sebagainya. Saya tak tahu tentang hal-hal detil begitu. Jadi, di sini saya memotret suatu objek dengan modal insting yang ada di hati dan kepala. Itu saja. Hasilnya? Kalian boleh lihat seperti gambar di atas dan gambar-gambar berikut:

Tak Ingin Membati Buta

Image
doc. idrus bin harun Kiranya ketika melangkah, kita butuh penunjuk arah. Sebab kita masih buta. Kita memang buta. Ya, hakikatnya kita benar-benar buta, walau mata terbelalak, terpelotot lebar terbuka. Kita mesti mengakui banyak hal tentang kebutaan ini. Mungkin kita pernah membaca kalimat Seno Gumira Aji Darma dalam Kisah Mata. Sebutnya, "... dunia ini penuh dengan keajaiban karena hal-hal yang tidak masuk akal masih terus berlangsung. Seorang fotografer ingin membagi duka dunia di balik hal-hal yang kasat mata. ..., para fotografer membagi pandangan, tetapi yang memandang foto ternyata buta meskipun mempunyai mata." Kita tahu yang dimaksudkan Seno dalam kutipannya tak lain adalah sinyal untuk menerangkan bahwa kebutaan manusia pada dasarnya tidak melulu berhubungan dengan indera melihat saja. Tapi ia menerangkan dengan halus, bahwa, meskipun seseorang punya mata, tetapi hakikatnya dia adalah seorang buta. Kenapa demikian? Boleh jadi, hal keadaan demikian disebutkan karena

Sanad Hadits; Kajian Tentang Naqd as-Sanad/Kritik Eksternal

BAB I   PENDAHULUAN Dalam perkembangannya, hadits, setelah wafatnya Rasulullah SAW sampai pada abad pertama dan kedua hijriah diturunkan secara lisan dari mulut ke mulut melalui hafalan-hafalan. Sehingga pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) upaya penulisan hadits secara resmi dilakukan. Sejak dari sini perkembangan ilmu hadits berkembang sedemikian pesatnya. Ilmu hadits dipelajari oleh para ilmuwan, baik ilmuwan Islam maupun non-muslim. Hal keadaan ini bisa dilihat dari banyaknya karya-karya besar para ilmuwan tersebut setelah mereka menelaah ilmu hadits. Kajian-kajian para ilmuwan seperti tersebut di atas adalah dipengaruhi oleh kedudukan hadits itu sendiri. Di mana hadits merupakan sumber utama hukum Islam setelah Al-Qur’an. Dari sini dapat diketahui bahwa mempelajari hadits merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan oleh siapapun ketika ingin memahami Islam secara mendalam. Maka dalam mempelajari hadits diperlukan macam-macam kaidah di dalamnya sehin