|
yang mengayuh |
Pengantar:
|
yang menggaruk, merutuk. yang terpancang di sebalik gubuk. yang teriak tapi diam. |
Ternyata, Jakarta tak serupawan yang dikabarkan iklan. Jakarta memang ibukota negara. Tapi bukan ibu bagi semua rakyatnya. Jakarta, ibukota; ibu bagi mereka yang hartawan saja. Ibukota Jakarta. Namun, bukan ibu yang benar-benar mengibu. Bukan ibu yang pintar menyusu. Jakarta, ibukota yang pilih kasih. Ibu yang pintar memilih. Jakarta, ibu baik dan bajik bagi yang banyak uang. Tapi tak menganggap anak-anak jalanan, tak menggubris orang-orang kecil dan sinis bagi yang datang dari kampung terpencil. Jakarta ibukota negara, ibu bagi segenap kota-kota. Entah pernah mengandung kampung-kampung?
Jakarta kota yang berkeriput. Namun nafsu menyelimut. Malam-malam Jakarta adalah lampu jalanan dan tubuh-tubuh, sesiangan Jakarta tak lebih dari asap hitam dan aroma peluh. Tapi Jakarta tak seburuk neraka tentunya.
Pun begitu, Jakarta serupa candu. Serupa manisan yang dikerumun semut dari waktu ke waktu. Semua seperti kecanduan Jakarta. Disihir dengan iming-iming, digilir dengan pelbagai ingin. Jakarta, membuat orang lupa tentang kampung halamannya. Jangan lama-lama di Jakarta!
|
yang mengais |
|
pegangan |
|
yang menguntit |
|
yang menunggu |
Sesiangan Jakarta adalah kenikmatan tiada tara.
ReplyDeletepadahal keadaan kayak gitu ya. tapi kenapa orang-orang masih pada betah tinggal di jakarta?
ReplyDeleteune suka banget gaya bahasa yang kamu pakai. rimanya bagus :) kereeennn...
salam persohiblogan ya :D mampir kepunya ku juga
http://ibranesa.blogspot.com/
Mas, Gugun 7; salam kenal. terimakasih sudah mengunjungi saya disini. kiranya kita bisa saling bertukar informasi. salam!
ReplyDelete'Une', terimakasih banyak. hehehe...salam persohiblogan pula. kita bisa saling cerita-cerita di sini. salam kenal!