Sementara Zarathustra
Sekali ini kita tanggalkan puisi-puisi Puisi yang kita sendiri tak bisa mencerna Apalagi mengangguk mengerti Di luar orang-orang telah banyak Berlalu lalang telanjang Tanpa puisi tanpa alas kaki Kita masih belum mengerti tentang puisi Tidak sesekali, pun ketika kita pernah Menanggalkannya saat pergi ke kamar mandi Dan kita tak ubahnya seorang egois dungu Tanpa tahu secara utuh tentang alasan Mengapa puisi mesti tumbuh di halaman rumah Atau tersangkut lekat di tubuh kita Di luar orang-orang bergegas lalu lalang. Tong sampah telah penuh dengan puisi. Puisi mati. Tapi Tuhan tak pernah mati. Tidak sama sekali. Tak pernah mati walau si bijak tua berkoar-koar meneriaki Tuhan telah mati di jalan-jalan pasar yang kumuh dan terkutuk. Itu Zarathustra. Barangkali si bijak tua itu sama terkutuknya dengan pasar dan penghuninya. Siapa tahu? Sementara jalanan kian menghimpit Kian membuat nyeri si pejalan kaki Sebab jalurnya telah dicuri Pertanyaannya: adaka...