Jatidiri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead
Judul: Jatidiri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead, Pengarang: DR. P. Hardono Hadi, Penerbit: Kanisius - Yogyakarta, tahun 1996, Cetakan Ke-VII, 2002.
Review
Di sampul
belakangnya tertulis sebuah ilustrasi: “Tugas utama manusia”, kata Sokrates,
“adalah menggembalakan jiwanya.” Untuk itu manusia harus mengenal dirinya yang
sejati atau jatidirinya. “Siapakah aku? Merupakan pertanyaan yang sangat
kompleks dengan unsur-unsur dan taraf-tarafnya yang berbeda-beda. “Aku” di
hadapan orangtua tidak sama dengan aku di hadapan tanaman kesayanganku, berbeda
lagi di hadapan Tuhan. Semakin tidak mudah, bila “aku” itu dipertimbangkan di
dalam perkembangan waktunya. Lalu siapakah “aku” ini?”
Kutipan di
atas menggambarkan kepada kita tentang apa sebenarnya yang akan dibahas dalam
buku yang sedang dibicarakan ini. Ia tidak lain berbicara tentang eksistensi manusia,
hakikat hidup manusia, dan segala apa yang berhubungan dengan manusia, baik
kepribadiannya sebagai makhluk individual maupun sosial, sebagaimana konsep
pemikiran A. N. Whitehead, si tokoh filsafat organisme itu. P. Hardono Hadi,
mengupas pemikiran Whitehead. Dengan jeli, dan dibarengi kalimat-kalimat
sederhana atau mudah dipahami ia memaparkan sekaligus men-syarah apa yang ada di kepala Whitehead dalam memandang eksistensi
manusia.
Bahasan
tentang jatidiri dalam buku ini difokuskan pada pandangan A.N. Whitehead dengan
filsafat organismenya. Buku ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama terdiri 2
bab, membicarakan persoalan di seputar manusia dan pertanggungjawaban pemilihan
tema. Bagian kedua terdiri dari 3 bab, yang merupakan inti buku ini, membahas 3
aspek jatidiri manusia yaitu kepribadian, identitas diri manusia, dan
keunikannya. Bagian ketiga membahas pengetahuan, kehendak dan kebebasan, serta
kematian. Pada bagian akhir buku ditambahkan pokok-pokok filsafat organisme
A.N. Whitehead sebagai bahan pendalaman bagi yang ingin mengkaji lebih lanjut.
Kupasan yang
dipaparkan Hardono Hadi mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa pemikiran
Whitehead tentang manusia dibentuk melalui beberapa pandangan. Bagi Whitehead adakalanya
manusia dipandang dari sudut materialitas, yaitu manusia sebagai dari bagian
dari alam, atau dalam bahasan yang lain, Whitehead mengemukakan bahwa manusia
jika ditinjau dari sudut pandang historisitas dan kebebasannya, ia merupakan
makhluk yang paling dinamis. Di samping itu, Whitehead juga menegaskan bahwa
sudut pandang lain yang dapat ditelaah dari manusia, salah satunya adalah dari
segi sosialitas. Dari sini, manusia disebut sebagai makhluk yang hidup dari dan
untuk yang lain. Segi sosialitas ini mengarahkan isi otak kita untuk
mendekatkan diri pada anggapan bahwa ternyata hidup serba individualistis itu tidak
asyik sama sekali.[]
Concordo, l'anima va sempre alimentata!1 buona serata...ciao
ReplyDeleteAlimentare l'anima ci rende migliori!! buona serata e un felice fine settimana...ciao
ReplyDelete
ReplyDeleteGiusto! nella vita abbiamo bisogno di materiale e immateriale. ciao...