Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Baru sekilas saya baca buku ini: Melukis Islam; Amal dan Etika Seni Islam di Indonesia, karangan Kenneth M. George. Yaitu, membaca beberapa bahasan secara acak berdasar judul-judulnya yang ada di halaman daftar isi. Setelah membaca secara acak dan sekilas inilah saya berkesimpulan: Ini buku penting!

Telah lama saya mendengar nama A.D. Pirous. Tapi tentang seluk beluk profil ini orang, saya gelap sama sekali. Kecuali hanya tahu bahwa pribadi ini adalah sosok seniman rupa gaek Indonesia. Khususnya seni rupa islami berupa seni kaligrafi.

Namun dengan membaca buku terbitan Mizan dua tahun lalu ini, kegelapan saya tentang sosok A.D. Pirous jadi sedikit lebih terang dari sebelumnya. Dari buku ini, saya jadi tahu kampung asal seorang A.D. Pirous, proses kreatifnya, juga tentang pandangannya terhadap seni rupa Indonesia, baik dalam konteks seni itu sendiri, sosial, budaya, dan juga agama. Itu makanya alasan kenapa saya sebutkan buku ini adalah penting adanya. Penting bagi para seniman seni rupa, penting juga bagi para intelektual yang sedang memfokuskan diri pada kajian antropologis (ini disebabkan proses penulisan buku ini berdasarkan kajian antropoligi budaya), misalnya, dan juga penting bagi para pecinta ilmu pengetahuan atawa penyuka segala wawasan.

Maka kepada Kenneth M. Goerge-lah saya menghaturkan terima kasih. Setidaknya dengan karyanya inilah saya bisa lebih tahu tentang keberadaan orang hebat seni kontemporer yang berasal dari Aceh, yang sepak terjangnya telah diakui dunia luar, sampai-sampai bisa memengaruhi cakrawala berpikir masyarakat dunia. Ini bisa disebutkan, ya, berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh si penulis buku sendiri, yang entah dapat wangsit dari mana, mau bersusah payah meninggalkan kampung asalnya hanya demi untuk meneliti sosok A.D. Pirous. Tentu ada sesuatu yang istimewa pada pribadi yang diteliti ini.

Sebab, jika tidak ada suatu yang spesial pada personal A.D. Pirous berikut karya-karyanya, tentu tak akan mungkin seorang Kenneth M. Goerge, sang Profesor Antropologi Budaya University of Wisconsin, Madison - USA, yang pada tahun 1998 bukunya Showing Signs of Violence (1996) mendapat penghargaan Harry J. Benda Prize in Southeast Asian Studies, mau bersusah payah, menghabiskan banyak waktu (boleh jadi tinggalin anak istri) hanya untuk meneliti sosok A.D. Pirous beserta pekerjaannya yang lengkap dengan isi kepalanya juga.

Dari beberapa bahasan yang telah saya baca, saya menemukan kepentingan Kenneth M. George melakukan penelitian dan kemudian tertuang lengkap dalam buku ini hanyalah berkisar pada masalah rasa intelektualitas semata. Lain tidak. Sebab, di antara dua orang besar ini, (si peniliti dan si objek penelitian) sama sekali tidak terkait hubungan saudara, kerabat jauh, sebangsa, apa lagi seagama. Tapi kewajiban intelektual-lah yang kemudian menjadikan buku ini tersusun secara objektif, sistematis, lugas dan apa adanya. Jika pun berkembang prasangka ada bagian-bagian tertentu telah disunting oleh si peneliti atau si objek penelitian atau oleh si penerbit, misalnya, buku ini tetap menjadi buku penting bagi mendalami ranah seni rupa islami Indonesia, baik secara karya atau gagasan pemikiran di sebaliknya.

Moral intelektual Kenneth adalah 'bensin' yang membuat mesin pemikirannya terus bergerak sehingga gagasan-gagasan dari pribadi, cara kerja, hingga karya A.D. Pirous dapat diungkapkan dalam teks kajian yang dapat dengan mudah dicerna oleh orang awam sekalipun. Tentang moral intelektualitas yang dimaksud, di halaman 15 Bab Pendahuluan buku ini, Kenneth mengaku:

"Saya sangat sadar bahwa saya menulis sebagai seseorang yang berada di luar dan berpijak pada landasan yang tidak sama dengan yang berlaku di jagat seni Muslim dewasa ini. Saya bukan Muslim, juga bukan seniman. Saya bukan orang dalam. Namun, saya tidak setuju dengan anggapan bahwa kita harus menjadi orang dalam untuk dapat menulis secara santun dan bijak mengenai sekelompok masyarakat. Rasa ingin tahu tidak boleh membatasi dirinya pada cakrawala identitas keagamaan dan kesukuan kita. Rasa ingin tahu harus mendoronng kita melampaui diri kita sendiri untuk menjalin kemitraan dan perdebatan dengan orang lain."

***

Ini buku penting! Saya beli pada sebuah pameran buku di Banda Aceh, sekitar akhir April silam. Pameran yang digelar di Gedung Sosial, di jalan Teungku Chik Di Tiro Banda Aceh. Ini adalah pameran buku paling murung dari berbagai pameran buku yang pernah saya datangi. Pengunjung ramai. Secara penampakan, walau pun tidak bisa dikalkulasikan secara detil jumlahnya (saya tidak berkepentingan untuk menghitung tentu saja), pameran ini memang ramai pengunjung. Tapi penyebab murungnya ini pameran tak lebih karena hampir semua buku yang ada adalah bergenre populer remaja. Ada yang salah? Tidak. Tentu saja. Namun subjektif saya, pameran buku yang spanduk dan banner iklannya terpampang di hampir setiap ruas jalan Banda Aceh bukanlah tempat cuci gudang sebuah penerbitan.

Hampir semua buku yang dipajang adalah buku-buku bagus dan menarik dari warna dan desain sampulnya saja. Selama berkeliling dalam ruang pameran, di hampir semua meja pajangan, selalu saya temukan judul buku semacam Tips Merawat Wajah Yang Baik dan Benar dan buku-buku sejenis lainnya. Untuk jenis buku novel atau cerpen juga hampir serupa. Semua tak mengena sesuai selera baca saya. Namun, sambil menyimpan penasaran, sembari menggerutu seorang diri, di sebuah meja pajangan yang kurang diminati pengunjung, saya menemukan buku ini. Saya bolak-balik luar-dalam, lantas saya beli. Saya beli buku penting ini di pameran buku paling murung begini.[]

Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra