Menolak Lupa Tragedi Diana

tulisan ini telah dimuat sebelumnya di the atjeh post dengan judul Setelah Diana Berada Di Surga AMIRUDDIN, dalam keadaan payah hari itu. 4 April lepas zuhur di ruang Kanit I Polresta Banda Aceh ia tampil dengan balutan seragam tahanan berwarna oranye bernomor dada 44. Bersama teman ‘seperjuangannya’ Hasbi, ia hanya menunduk saja dan tak berani bertatap muka. Perlahan saja ia beri keterangan. Dengan bibir yang malas digerakkan, ia mengaku, “Saya dan Hasbi memperkosa dan membunuh Diana.” Amiruddin mengaku. Hasbi mengangguk setuju. Diana telah dimangsa syahwat kesumat mereka. Ada cerita beringas terdengar. Cerita yang membuat pikiran kita terasa bingar oleh sadisnya ulah yang tak punya hati dan akal. Begitulah. Cerita keduanya, bagi kita yang punya akal dan nurani, bisa bikin mual-mual. Kita mesti membelokkan cerita kepada isu tentang bagaimana perasaannya ketika mengeksekusi seorang bocah tanpa dosa. Sekali lagi keduanya lesu. Ruangan jadi bisu. Sementara sang pe...