SEFOLDER puisi saya kirim pada Tuan X. Via email. Zaman canggih begini rupa, kirim mengirim tulisan sudah berbentuk file. Bukan bentuk bundelan. Jadi harap maklum jika saya katakan, saya kirim sefolder puisi. Saya ulang, sefolder puisi saya kirim ke Tuan X. Tuan X seorang sastrawan. Sudah pernah mengandung dan melahirkan banyak buku. Saya yang berkeinginan melahirkan buku, menyerahkan materi buku pada Tuan X dengan harapan dia mau membaca, lantas mau menulis sedikit saran pesan, kritik kesan, atau boleh jadi pengantar bakal buku. Sebelum, saya kirimi ia sefolder puisi, saya utarakan terlebih dahulu maksud hati saya padanya. Pengutaraan maksud hati ini, tentu saja saya lakukan dengan hati-hati mengingat asam garam yang saya kecap dalam dunia tulis menulis belumlah sampai pada jumlah bergoni-goni. Konon lagi, perkenalan antara saya dengan Tuan X hanyalah bentuk perkenalan sepihak belaka. Maksudnya, hanya saya saja yang mengenalnya. Dia tidak. Pengutaraan maksud hati ...