Mengoptimalkan Blog Itu Butuh Guru

Bahkan untuk sekadar makan atau mengisi perut pun, kita butuh guru. Ibu yang telah dengan sabar menyuapkan pisang wak (baca: makanan) semasa kita masih dalam gendongan adalah maha guru itu.

Apalagi setelah menjadi blogger seperti sekarang ini. Posisi guru dalam usaha mengoptimalkan blog yang sedang kita gawangi memang penting. Teramat penting malah. Seperti pentingnya teungku (ustadz) bagi santri yang ingin belajar nahu dan fiqh. Seperti pentingnya penghulu bagi sepasang pengantin yang ingin nikah. Tapi yang patut kita paham, guru itu aneka ragam. Ada guru jalanan, guru formal di ruang kelas, dan ada juga guru sebatas rujukan bacaan. Berhubungan dengan dunia blogging, google adalah alternatif sebenar-benarnya guru. Tapi bagi yang awam seperti saya ini, berguru kepada google saja tak cukup. 

Saya yang terlalu bloon hingga terkesan awam blogging, berguru kepada google saja sama seperti seorang santri magang yang ingin mendalami Kitab Al-Hikam-nya Syeikh Ibnu Athaillah yang masyhur itu. Yang jika jika tak ingin mumet kepala, adalah penting membaca syarahannya terlebih dahulu semisal karya Abuya Prof. Muhibbuddin Waly berjudul Hikam (Hakikat Hikmah Tauhid Tasawuf).

Begitu mendalami ilmu-ilmu blogging yang bacaannya bertebaran banyak di google, sang mesin pencari yang serba tahu dan kadang-kadang sok tahu, saya merasa mumet kepala juga jika hanya mengandalkan itu semua. Perlu ada syarahan yang lebih sederhana untuk sekadar mengerti dasar-dasar mengelola sebuah blog, berikut turunan lain-lainnya. Seperti bagaimana mengoptimalkan blog, hingga page rank naik, alexa rank ramping, ramah search engine optimization (SEO), yang ujung-ujungnya blog ini bisa menghidupi si pengelolanya dalam artian sekadar mendapat nominal untuk bayar kopi misalnya.

Kelar membaca beberapa artikel bagaimana mengoptimalkan blog, selama ini saya bertatih-tatih sendiri mengutak-atik template, dan hal-hal teknis lain. Akibatnya tampilan blog, nama, alamat url, dan lain sebagainya kerap berubah-ubah sesuai apa yang saya dapat dengan cara paham awam belaka. Tapi beberapa bulan terakhir ini, beruntung saya pernah ditegur salah satu begawan blogger Aceh, Taufik Al Mubarak. Penulis buku Aceh Pungo, mantan redaktur koran Harian Aceh, yang sekarang aktif mengelola blog pribadinya bernama: JUMPUENG.

Berawal dari pernyataannya pada suatu sore sewaktu ngopi bareng di seputaran Taman Sari Banda Aceh, yang kalau tak salah ucapannya seperti ini; "Kulihat kalian suka nulis di blog, tapi kenapa tidak kalian optimalkan saja blog-nya. Siapa tahu blog yang kalian kelola dilirik pengiklan. Mendingkan. Internetan menghasilkan pundi-pundi uang," akhirnya saya merasa ngeh untuk menggandrungi blog ini dengan lebih serius.

Maka mengamini pernyataannya itulah, sedikit-sedikit saya berguru mengoptimalkan blog ini. Sambil dalam waktu-waktu senggang ketika ngopi bareng saya seperti menjadi bocah kembali yang hobi tanya sana sini, yang oleh Taufik Al Mubarak kerap menjawab sambil terbahak, "Belajar sama saya gratis. Tapi yang penting, kau mesti tebal muka dan tebal juga daun telinga. Sebab jika ada yang pernah saya kasih tahu lalu kau tanya lagi, ya, kau tahulah bagaimana saya menjawabnya."

Untuk 'petuah' guru blogging begini rupa, sambil nyengir dalam hati saya kerap bergumam sendiri, "Neu kheuen aju galak-galak gata. Nyang peunteng lon beu jeuet. Meu susah kuh tan, adak neu kheuen meu macam-macam." Sekian.[]

Sumber ilustrasi: gocomics

Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra