Buku Antologi Puisi: Vice Versa; Bukan Hikayat Yusuf & Zulaikha


Bersama dengan seorang partner, saya baru saja menyelesaikan penulisan sebuah buku. Buku antologi puisi. Judulnya: Vice Versa; Bukan Hikayat Yusuf & Zulaikha. Buku ini bertema cinta. Memuat puisi-puisi yang membicarakan rindu, kasih sayang, cemburu dan unsur-unsur lain yang banyak tersemat dalam perasaan para pencinta. Mungkin kedengaran picisan. Tapi saya berani katakan ini buku jauh dari bau picisan. Kenapa saya berani katakan begini. Tak lain karena buku ini ditulis oleh dua orang yang berbeda latar hidup, berbeda suku, pendidikan, dan berbeda pula cara pandang masing-masing terhadap apa yang disebut cinta. Bisa dibayangkan, saya yang berdomisili di Banda Aceh, yang lahir dan besar di Aceh bertemu dengan seorang partner yang berasal dari Makassar -lahir dan besar di Makassar pula- bersama-sama menulis puisi dengan tema yang sama tapi dengan cara pandang, gaya ungkap, dan latar berbahasa yang berbeda. Inilah yang meyakinkan diri saya sendiri, bahwa buku ini jauh dari kesan picisan.

Dengan dikatapengantari oleh Aan Mansyur -salah seorang sastrawan nasional asal Makassar- Vice Versa; Bukan Hikayat Yusuf & Zulaikha merupakan antologi puisi yang memuat puisi-puisi dalam bentuk bersahut sambut. Maksudnya, jika Umma Azura menulis puisi tentang rindu, saya menulis puisi tentang rindu pula. Tapi tentu saja dengan gaya ungkap yang berbeda. Seperti saling balas pantun tepatnya. Gambaran umum keseluruhan isi buku, di sampul belakangnya tertulis begini: "Barangkali kita pernah dihadapkan pada suatu masa, ketika perasaan pada seseorang hati kita kepincut. Namun kita tak punya kuasa untuk mengungkap itu rasa cinta dengan berbagai alasan, hingga kita mendapatkan diri dalam keadaan kalut. Kecut. Atau boleh jadi juga dalam keadaan terkatup mulut. Atau orang lain menyebut kita sebagai seorang penakut alias pengecut. Maka apa pasal mesti takut? Pun zaman yang makin canggih ini, puisi tetap saja ampuh serta punya efek kejut. Misalkan, ke hati orang yang dimaksud. Memang, mesti diakui sebab cinta jiwa kita larut. Hati kita hanyut. Pelbagai macam rasa kerap hinggap, hingga kepala sering berkedut. Maka jika puisi bisa saling menyambut, bertukar sahut, apa pasal pula kita sering bermuka masam serupa pengidap asam urat akut."

Bagi yang berminat boleh klik di sini: http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=386002951458516

Salam hangat dari Banda Aceh.

Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra