Blog Yang Serupa Kamar Tidur Atau Jamban

Jadi begini. Ceritanya nge-blog itu adalah pekerjaan yang paling, sangat-sangat tidak membosankan. Jika kau ingin menulis. Ya menulislah. Jika tidak. Ya tinggalkan saja. Tak ada yang menuntut, dan tak ada pula yang bertanya. Kecuali jika blog yang kamu kelola itu sudah banyak dikunjungi orang. Sudah ribuan antri menunggu isi blog kamu selanjutnya. Tapi, kau tetap saja punya pilihan. Bebas mau menulis atau tidak. Bebas tentukan sikap. Sebab, siapa pun tidak berhak menuntut di sini. Jika kau bosan, dan untuk beberapa lama kau memutuskan tidak akan posting-posting lagi di blog. Itu sepenuhnya hak kamu.

doc. Rully Shabara Herman
Inilah yang bagiku sendiri merasa enaknya menulis di blog. Hingga sampai saat ini, aku sendiri tidak merasakan bosan sama sekali untuk mengisi konten-konten blog dengan macam-macam tulisan. Memang banyak orang yang katakan, menulis itu harus tunggu mood. Harus tunggu inspirasi. Atau ada juga yang bilang kalau menulis harus dapat ilham. Harus ada wangsit. Ah, itu bullshit aku kira. Anggapan yang sok-sok mendramatisir suasana. Ungkapan yang dikatakan begitu rupa, aku kira tak lebih dari ungkapan yang cukup mengada-ada. Seperti ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa pekerjaan menulis adalah pekerjaan berat. Seolah-olah menulis itu hanya bisa dilakukan segelintir orang saja. Hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan. Menurutku, dan jika ada yang beranggapan begitu: Bullshit!

Bagiku blog adalah semacam tempat ekspresi mimik muka. Sama halnya dengan kamar tidur atau bahkan sama juga ianya dengan jamban pribadi. Di dalam kamar tidur atau jamban pribadi, kau punya banyak barang privasi tentunya. Mulai dari gantungan celana dalam di sana-sini, serakan bacaan 18+ di bawah ranjang, atau bingkai besar poster bintang sexy di sebalik poster pemain bola idola, dan barang-barang lain lagi, yang ketika orang tuamu mengetuk pintu ingin masuk, kau butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk membereskannya terlebih dadulu. Blog, bagiku kurang lebih sama dengan kamar tidur itu. Dengan info-info ajaib yang bertebaran di jutaan situs, kau bisa menentukan mimik muka sendiri di sini. Ekspresi muka setelah membaca (tepatnya melihat-lihat) situs web yang lazim diintip diam-diam, misalnya. Kau bisa melukiskan ekspresi tersebut dengan berbagai sudut pandang. Tentu saja sudut pandang itu tersampaikan melalui tulisan.

Berita tentang Presiden SBY yang marah-marah pada dua mentri gara-gara harga sekilogram bawang, misalnya. Ini bisa jadi contoh lain. Kau bisa ungkapkan uneg-uneg sendiri menyangkut berita itu. Melalui tulisan, kau bisa jadi presiden yang sedang marah, dan bisa juga jadi menteri yang sedang kena marah. Bahkan kau bisa juga menjadi sesiung bawang, yang gara-gara lalainya orang-orang kau bisa jadi barang langka dan mahal harganya. Karenanya, selaku bawang dalam tulisan, kau bisa mengolok-olok presiden, mengejek-ejek menteri atau bahkan mengentuti semua mereka sekalian. Untuk yang terakhir ini, Paspampres, Densus 88, atau Intel Koramil sekalipun pasti tak mau peduli tentunya. Hahahaha ...

Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra