Prosa Tak Bermakna

Sekali ini akan kutulis satu paragraf saja. Satu tulisan yang tak sanggup kau baca, apalagi kau beri makna. Tulisan tanpa kata-kata. Tak berkata, tak berucap, tak terbaca. Satu paragraf, aku perkirakan cukup untuk memusingkan kepala. Cukup juga untuk membuat siapa saja berdahi kerut, sampai-sampai ketika seseorang selesai membaca, ia dilanda takut. Inilah yang kusebut tulisan misteri itu. Misteri semisterinya sejarah hantu-hantu. Hantu sehantunya iblis buduk nan terkutuk yang baru saja melarikan diri dari lubang paling jahannam di dunia. Dan tulisan pun tiada berkata. Tiada berlidah untuk mengucap, tiada bermata untuk melihat. Konon lagi untuk memberi makna. Ia tak punya apa-apa. Ia nihil adanya. Kosong melompong tanpa tanda petik, tanpa tanda kutip, tanda seru, tanda tanya, beserta titik koma. Semua terhimpun dalam ketiadaan. Ketiadaan dalam himpunan kata-kata yang tak pernah ada. Ketiadaan yang sama maksudnya dengan ketidakberadaan apa-apa. Inilah yang kusebut tulisan penuh misteri itu. Penuh misteri seperti penuhnya dingin di kutub utara. Penuh misteri serupa penuhnya denting ketika penjaga mengetuk cakradonya. Ya, tulisan ini sungguh tak punya makna apa-apa. Tak bermaksud menjawab persoalan hidup di dunia. Maka untuk apa mengada jika satu tulisan saja sudah cukup memusingkan kepala. Untuk apa kepala jika satu tulisan saja sudah cukup memacetkan kerja otak. Untuk apa otak jika satu tulisan saja sudah cukup membuat laju hati berhenti. Untuk apa hati jika satu tulisan saja sudah cukup meniadakan makna. Untuk apa pula makna jika satu tulisan saja sudah cukup menyibukkan pembaca. Tapi, jika pun ada orang yang sibuk membaca tulisan ini, aku bersyukur bahwa usahaku telah berhasil dengan apik dan baik. Sebab dengannya bisa ditebak bahwa si pembaca sedang tak punya pekerjaan lain selain mau membaca tulisan laknat begini rupa. Padahal, sudah dari pertama aku berniat ingin mengada-ada saja. Sudah dari pertama aku berusaha berbual sekuat tenaga. Dan engkau percaya belaka? Aku tak bisa berkata. 

Comments

Popular posts from this blog

Stratifikasi Sosial Dalam Sosiologi - Bag. I

Review Buku Melukis Islam Karya Kenneth M. Goerge

Orasi Sastra Remi Sylado Pada Acara Napak Tilas Rendra